TUGAS SEDIMENTOLOGY
Erosi & Sedimentasi Pada
Daerah Up Land dan Low Land
M.Misbachul munir
G1F114201
Oleh
KARLITOS YOHANES KRISTIAWAN ( G1F114033)
HASBULLAH SULAIMAN ( G1F114029)
SERA MENTARI SIMANJUNTAK (G1F114204)
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar,
berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru‐biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang
berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang
menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha
untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan
tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai
panjang 35‐40 cm. Sebagai keluargaPangasidae,
ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“
tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun
sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar
lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru‐biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut
terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan
catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi
sebagai peraba.
Kerabat
patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:
a)Pangasius
polyuranodo (ikan juaro)
b)
Pangasius macronema
c)
Pangasius micronemus
d)
Pangasius nasutus
e)
Pangasius nieuwenhuisii
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah persyaratan lokasi dan pedoman teknis untuk budidaya ikan patin ?
2.
Apakah hama penyakit pada budidaya ikan patin ?
1.3TUJUAN PENULISAN
Tujuan
diadakanya penulisan ini adalah :
1.
Diajukan untuk melengkapi salah satu tugas.
2.
Untuk mengkaji dan menganalisa Pembudidayaan Ikan Patin.
3.
Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan juga ilmu bagi penulis sendiri
khususnya tentang Pembudidayaan Ikan Patin.
1.4
MANFAAT.
Adapun manfaat penulisan yang ingin dicapai dalam pembuatan
karya ilmiah ini adalah :
1. Dengan adanya penuliasan ini diharapkan untuk
meningkatkan keberanian dan juga mentalitas penulis sebagai bekal menghadapi
masa depan yang penuh persaingan.
2. Penulisankarya ilmiah ini diharapkan mampu memberikan
penjelasan bagaimana proses dalam melakukan pembudidayaan ikan nila.
3. Dapat bermanfaat sebagai bahan refrensi dan penulisan
karya ilmiah kedepanya, sehingga membawa manfaat bagi para
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Persyaratan Lokasi dan Pedoman Teknis Budidaya
2.1.1. Persyaratan Lokasi
Untuk persyaratan lokasi pembudidayaan ikan patin,
tidak lah terlalu sulit
berikut syarat‐syaratnya :
berikut syarat‐syaratnya :
- Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
- Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3‐5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
- Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang
- disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
- Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan‐bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
- Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium
- adalah antara 26‐28 derajat C. Pada daerah‐daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
- Keasaman air berkisar antara: 6,5‐7
2.1.2.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara
garis besar dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua
jenis kegiatan ini umumnya belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena
umumnya masih mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk,
dan lain‐ lain) untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin.
Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan
benih pada ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu,
yang umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapat
diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musim
kemarau pada pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring. Benih
dapat juga dibeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar di Jawa Barat. Benih
dikumpulkan dalam suatu wadah, dan dirawat dengan hati‐hati selama 2 minggu. Jika air dalam penampungan sudah
kotor, harus segera digantidengan air bersih, dan usahakan terhindar dari
sengatan matahari. Sebelum benih ditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1
bulan, selanjutnya dipindahkan ke dalam hampang yang sudah disiapkan.
Secara garis
besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan‐kegiatan sebagai berikut:
a) Pemilihan calon induk siap pijah.
b) Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari
ikan donor, yaitu ikan mas.
c) Kawin suntik (induce breeding).
d) Pengurutan (striping).
e) Penetasan telur.
f) Perawatan larva.
g) Pendederan.
h) Pemanenan.
Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat
pembenihan dan pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh.
Pemindahan benih dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran memerlukan
penanganan khusus agar benih selamat. Keberhasilan transportasi benih ikan
biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama
menyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu air.
2.1.2.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan
bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2‐5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara
gravitasi.
1) Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas
pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500
meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila
diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150‐200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi
panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman
bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang
sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
2) Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak
tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan
dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor
induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah
ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar
dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan
pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu
monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan
seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam
penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada
telurnya.
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat.
Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama
dengan luas 25‐500 m2 dan pendederan lanjutan 500‐1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon
dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan
kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi
kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk
memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan.
Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu
dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
2.1.2.2. Pembibitan
Supaya mendapatkan hasil yang diharapkan maka
pembibitan harus
perlu di perhatikan hal‐hal sebagai
berikut :
1) Menyiapkan Bibit
Bibit yang hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil
pemeliharaan dikolam sejak kecil atau hasil tangkapan dialam ketika musim
pemijahan tiba. Induk yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil
pembesaran dikolam sehingga dapat dipilihkan induk yang benar‐benar berkualitas baik.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya
dipelihara dulu secara khusus di dalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan,
induk ikan diberi makanan khusus yang banyak mengandung protein. Upaya untuk
memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Perikanan
Air Tawar Palembang adalah dengan memberikan makanan berbentuk gumpalan (pasta)
dari bahan‐bahan pembuat makanan ayam dengan
komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras 25%, tepung kedelai
10%, serta vitamin dan mineral 0,5%.Makanan diberikan lima hari dalam seminggu
sebanyak 5% setiap haridengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%.
Selain itu, diberikan jugarucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan
induk. Langkah inidilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.
Ciri‐ciri induk
patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalahsebagai berikut :
a. Induk betina
·
Umur tiga
tahun.
·
Ukuran 1,5‐2 kg.
·
Perut
membesar ke arah anus.
·
Perut terasa
empuk dan halus bila di raba. Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.‐Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
·
kalau di
sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya
bundar dan besarnya seragam.
b.
Induk jantan
·
Umur dua
tahun.
·
Ukuran 1,5‐2 kg.
·
Kulit perut
lembek dan tipis.
·
Bila diurut
akankeluar cairan sperma berwarna putih.
·
Kelamin
membengkak dan berwarna merah tua
Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke
dalam akuarium berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm. Setiap akuarium diisi dengan
air sumur bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per
akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigen untuk
benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan suhu air
digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk menghemat dana.
Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan
dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning
telur. Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi
kuning telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur‐angsur diganti dengan makanan hidup berupa Moina
cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan kutu air dan jentik nyamuk.
Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di
jala apung, melaluisistem pen dan dalam karamba.
a)
Pembesaran ikan patin di kolam dapat dilakukan melalui sistem
monokulturmaupunpolikultur.
b) Pada
pembesaran ikan patin di jala apung, hal‐hal yang
perlu diperhatikan adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala
apung, bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses
pembesarannya.
c) Pada
pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan lokasi,
kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran benih, dan pemberian
pakan serta pengontrolan dan pemanenannya.
d) Pada
pembesaran ikan patin di karamba, perlu diperhatikan masalah: pemilihan lokasi,
penebaran benih, pemberian pakan tambahan, pengontrolan dan pemanenan.
Hampang dapat terbuat dari jaring, karet, bambu atau
ram kawat yangdilengkapi dengan tiang atau tunggak yang ditancapkan ke dasar
perairan.Lokasi yang cocok untuk pemasangan hampang : kedalaman air 0,5‐3 m dengan fluktuasi kedalaman tidak lebih dari 50 cm,
arus tidak terlalu deras, tetapi cukup untuk sirkulasi air dalam hampang.
Perairan tidak tercemar dan dasarnya sedikit berlumpur. Terhindar dari
gelombang dan angin yang kencang serta terhindar dari hama, penyakit dan
predator (pemangsa). Pada perairan yang dasarnya berbatu, harus digunakan
pemberat untuk membantu mengencangkan jaring. Jarak antara tiang bambu/kayu
sekitar 0,5‐1 m.
Hal‐hal yang perlu di perhatikan dalam pemeliharaan
pembesaran
1) Pemupukan
Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan
produktivitas kolam,yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami
sebanyakbanyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk
hijau dengan dosis 50‐700 gram/m2
2) Pemberian Pakan
Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan
sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3‐5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah
makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan
dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5‐10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang
dipelihara (smpel).
3) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan
tambahan berupa pellet setiap hari dan dapat pula diberikan ikan‐ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun sisa dapur yang
diberikan 3‐4 hari sekali untuk perangsang nafsu
makannya
Hama dan
Penyakit Pada Ikan Patin
Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama
yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura‐kura,
biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga terdapat pada usaha pembesaran
patin sistem hampang (pen) dan karamba. Karamba yang ditanam di dasar perairan
relatif aman dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin di jala apung
(sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala
dan memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan
seluang (Rasbora). Ikan‐ikan kecil
yang masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal
mencari makan dan memperoleh oksigen.
Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di
jala apung (rakit) sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran
waduk atau danau merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu
sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan
secara rutin.
Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau
(Lepto‐tilusjavanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis),
blekok (Ramphalcyon capensiscapensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah
budi daya denganlembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar
kantong jaring budi daya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar ini
dibuat lebih besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk,
ikan patin juga tidak akan berlompatan keluar.
Penyakit
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan
non‐infeksi. Penyakit noninfeksi adalah penyakit yang
timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini
tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena
gangguan organisme patogen.
1) Penyakit akibat infeksi
Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya
berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara
masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat
seranganparasitIchthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih
patin yang mati,terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran
patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit
pada ikan patin, untuk pencegahan.
Beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya
diperhatikan.
a. Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh
parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet.
Pengendalian: menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu
gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air
yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam
larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulang selama
tiga kali dengan selang waktu sehari.
Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka
pada badan ikan. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan
ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada
kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar.
Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar
kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit
harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai adalah malachyt green oxalate
sejumlah 2-3 g/m air (1
liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan
di ulang sampai tiga hari berturut-turut.
Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin.
Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan
yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian
dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan
patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar
jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena
penyakit akibat bakteri, ternyata mudah menular, sehingga ikan yang terserang
dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks,
tetapi belum parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain:
- Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30-60 menit,
- Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 510 ppm selama 12-24 jam, atau
- merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
2) Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah
keracunan dan kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada
pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan
perairan. Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan.
a) Ikan akan
lemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan
berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan
kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah
dan berkembang tidak normal.
b) Kendala
yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis(white
spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yangberumur 1-2 bulan.
c) Penyakit
ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat.
d) Organisme
ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampairatusan jumlahnya
sehingga akan terlihat seperti bintik‐bintik
putih.
e) Tempat
yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusakselaput lendir
tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang
terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13
juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha
perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang
dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program
penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan
pasca panen, penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan
import.
Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan
patin dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat
dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan
sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat
grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan patin boleh dikatakan
hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung
dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor
perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
DAFTAR PUSTAKA
M.Misbahul muni.Ilmu Kelautan. Pengantar
Perikanan. Tanah bumbu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar